Kontroversi pemblokiran layanan aplikasi chatting Telegram oleh pemerintah Indonesia semakin ramai diperbincangkan oleh orang-orang di Internet.
Setelah sebelumnya Pavel Durov yang merupakan CEO dari Telegram mengaku tidak menerima permintaan dari pemerintah Indonesia yang dalam hal ini adalah Menteri Komunikasi dan Informatikan (Menkominfo), ternyata kini Pavel malah meminta maaf.
Pavel Durov asal Rusia ini meminta maaf karena ternyata pesan dari Menkominfo tidak digubris olehnya karena tercampur dengan pesan-pesan ‘umum’ lainnya
Untuk itu Pavel mengeluarkan pernyataan resmi yang isinya adalah meminta maaf kepada pemerintah Indonesia sekaligus memberikan solusi agar aplikasi buatannya itu tidak diblokir.
Pavel Durov melalui channel resmi Telegram-nya pada hari ini menjabarkan tiga poin solusi agar pemerintah membatalkan pemblokiran layanan chatting tersebut. Berikut ketiga poinnya:
Pertama, memblokir semua channel publik yang berhubungan dengan terorisme, sesuai laporan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
Kedua, Pavel telah menghubungi Kemenkominfo via e-mail untuk menjalin komunikasi personal sehingga ke depannya lebih efisien berhubungan terkait pemberantasan konten terorisme.
Ketiga, Telegram sedang membentuk tim moderator khusus yang paham bahasa dan budaya Indonesia. Dengan begitu, laporan-laporan tentang konten berbau terorisme bisa diproses dengan lebih cepat dan akurat
Melihat perkembangan terakhir ini, reaksi dari warganet malah gagal fokus.
Kebanyakan dari mereka malah mengomentari betapa gantengnya Pavel yang memang masih muda itu.
Seperti akun @ithings10 yang mengatakan “Masya Allah, kok kamu ganteng banget sih”
Kemudian ada juga akun @atike_ok yang mengatakan “Iki lo me cul menyejukkan hati, founder e Telegram makkk”
Namun ada juga yang mengomentari karena tidak sesuai dengan seleranya meski tetap mengakui kegantengannya, @nissniz Terlalu manis buat gw jeung
Sementara Menkominfo masih sedang memertimbangkan solusi yang diberikan Pavel, para warganet bisa membayangkan wajah ganteng Pavel Durov yang berusia 32 tahun ini yang konon masih bujang.
Sumber:
Setelah sebelumnya Pavel Durov yang merupakan CEO dari Telegram mengaku tidak menerima permintaan dari pemerintah Indonesia yang dalam hal ini adalah Menteri Komunikasi dan Informatikan (Menkominfo), ternyata kini Pavel malah meminta maaf.
Pavel Durov asal Rusia ini meminta maaf karena ternyata pesan dari Menkominfo tidak digubris olehnya karena tercampur dengan pesan-pesan ‘umum’ lainnya
Untuk itu Pavel mengeluarkan pernyataan resmi yang isinya adalah meminta maaf kepada pemerintah Indonesia sekaligus memberikan solusi agar aplikasi buatannya itu tidak diblokir.
Pavel Durov melalui channel resmi Telegram-nya pada hari ini menjabarkan tiga poin solusi agar pemerintah membatalkan pemblokiran layanan chatting tersebut. Berikut ketiga poinnya:
Pertama, memblokir semua channel publik yang berhubungan dengan terorisme, sesuai laporan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
Kedua, Pavel telah menghubungi Kemenkominfo via e-mail untuk menjalin komunikasi personal sehingga ke depannya lebih efisien berhubungan terkait pemberantasan konten terorisme.
Ketiga, Telegram sedang membentuk tim moderator khusus yang paham bahasa dan budaya Indonesia. Dengan begitu, laporan-laporan tentang konten berbau terorisme bisa diproses dengan lebih cepat dan akurat
Melihat perkembangan terakhir ini, reaksi dari warganet malah gagal fokus.
Kebanyakan dari mereka malah mengomentari betapa gantengnya Pavel yang memang masih muda itu.
Seperti akun @ithings10 yang mengatakan “Masya Allah, kok kamu ganteng banget sih”
Kemudian ada juga akun @atike_ok yang mengatakan “Iki lo me cul menyejukkan hati, founder e Telegram makkk”
Namun ada juga yang mengomentari karena tidak sesuai dengan seleranya meski tetap mengakui kegantengannya, @nissniz Terlalu manis buat gw jeung
Sementara Menkominfo masih sedang memertimbangkan solusi yang diberikan Pavel, para warganet bisa membayangkan wajah ganteng Pavel Durov yang berusia 32 tahun ini yang konon masih bujang.
Sumber: