Kampung Banda Distrik Waris merupakan daerah paling timur di Papua yang berbatasan langsung dengan Papua New Guenea. Jarak dari kampung ke tapal Batas hanya sejauh 1 Km saja.
Saya melakukan perjalanan ke Kampung Banda pada Sabtu Sore (30/06) bersama Pimred untuk melihat langsung suasana nonton bareng yang di gagas oleh Dansatgas yonif 410/Alg Heri Amrullah.
Kami memulai perjalanan pada pukul 04:00 dari Jayapura, jalan kami agak pelan dengan gerobak yang kami tumpangi yaitu Nissan Terano.
Dibeberapa titik juga terdapat Alat Berat seperti Exavator, Bomag yang tampaknya tengah mengerjakan perbaikan jalan.
Dipertengahan jalan sekitar pukul 18:30 kami berhasil menyusul rombongan dari Dansatgas 410/Alg yang lebih dulu menuju lokasi kampung Banda, Distrik Waris, Kabupaten Keerom. Akhirnya kamipun jalan agak pelan mengikuti iring-iringan kendaraan.
Sampai dilokasi sekitar pukul 19:00 setelah menyusuri jalan kampung Banda yang telah menyempit karena dikiri kanannnya banyak ditumbuhi rumput dan pepohonan. Ini seperti menyusuri jalan tikus dengan kendaraan.
Setibanya di Koramil kampung Banda, Distrik Waris, kami beristirahat sejenak sambil cerita sana sini dan saling mengenal antara kami dan beberapa personil di koramil tersebut.
Karena malam, saat itu saya tidak terlalu banyak mengambil gambar, apalagi perjalanan ini juga cukup menguras porsi tenaga walau hanya selama perjalanan saya hanya duduk sebagai penumpang.
Sementara cerita-cerita dengan para personil satgas salah satu personil datang dengan menu ikan bakar, dan menawari kami makan, dan segera saja kami makan bersama.
Selesai makan dilanjutkan kegiatan sedikit di Koramil Pos Waris, yaitu pemberian ucapan selamat kepada Kepolisian yang diwakili oleh Kapolsek Waris Iptu Slamet Pramono. Untuk Berita lengkapnya silahkan baca disini 1 Juli Diperingati dengan Acara Nobar di Kampung Waris Dan juga disini Luar Biasa, Acara Sambut 1 Juli di Perbatasan RI-PNG
Nah, Secara letak geografis, Kampung Banda saat ini bisa menjadi objek Wisata, bukan hanya Skow saja. Alasannya tentu adalah masalah ekonomi dan infrastruktur yang belum memadai.
Mungkin untuk membahasi ini perlu uraian terpisah, kebetulan saya sudah mendapatkan sedikit data yang bisa diuraikan panjang lebar. Namun disini saya kasih gambaran sedikit.
Dari kepala kampung yang saya temui kemarin malam saat berada di Kampung Banda dia menyampaikan, bahwa andai sudah ada jalan tembus yang bisa menghubungkan kedua negara, dijamin ekonomi masyarakat akan meningkat, apalagi jika infrastruktur seperti jalan dibuat permanen.
Kebetulan, saat ini ada kontraktor dari negara tetangga PNG yang tengah membuat jalan tembus ke tapal batas, dan itu sudah selesai dikerjakan, sementara jalan tembus dari Indonesia ke tapal batas belum dibuat sama sekali.
Menurut kepala Kampung, Ini bisa menjadi potensi wisata andai jalan sudah dibentuk seperti yang ada di SKOW. Secara komoditi, masyarakat Waris memang belum bisa menghasilkan apa-apa, namun sebaliknya, warga dari negara PNG mereka banyak tergantung dari warga indonesia yang ada di kampung Banda ini, karena mereka banyak membeli produk dari PNG.
Jika dilihat, Kampung Banda bisa saja seperti SKOW, karena dengan dibukanya Jalan Tembus, maka akan mendatangkan para pengusaha kita yang melakukan bisnis ditempat ini.
Ada sedikit bocoran, dari Ondoafi dan kepala dusun setempat yang mengatakan kami siap melepaskan tanah adat dan hak ulayat, jika pemerintah mau membukakan jalan tembus.
Sebenarnya ini bisa saja dilakukan oleh pemda, namun karena ini berhubung adalah daerah perbatasan maka masuk skala nasional dan perlu tahapan khusus.
Padahal tanpa tahapan atau prosedur khususpun pembukaan jalan inipun bisa dilakukan. Informasi dari para prajurit satgas yang bertugas ditempat ini yang juga dikonfirmasi langsung oleh kepala dusun dan Ondoafi bahwa, ada sempat tawaran dari Kontraktor negara PNG yang saat ini tengah melakukan pembukaan jalan menuju tapal batas siap membantu mengerjakan pembukaan jalan tembus hingga ke kampung Banda.
Namun sesuai syarat mereka tidak ditangkap oleh TNI karena melanggar batas wilayah, dengan maksud untuk membantu membuka akses jalan darat dan membantu memudahkan jalannya perekonomian mereka dimana kedua warga negara saling memiliki ketergantungan kebutuhan yaitu menjual dan membeli.
Dansatgas yang saat ini mengonfirmasi kebenaran informasi ini, bahkan bisa menjembatani proses pembuatan jalan menggunakan kontraktor dari negara PNG, namun untuk sementara beliau tidak ingin mengambil resiko, kecuali pemerintah mengizinkan.
Itu sedikit informasi yang saya dapatkan selama saya berada di kampung Banda dalam acara sambut 1 Juli sebagai HUT Bhayangkara ke-71. Mungkin bahasan lenkapnya bisa saya ulas secara terpisah, jika saya ada waktu yang cukup.
Dan ini nih ada sedikit foto-foto selama ikut acara Nobar dengan warga kampung Banda jelang 1 Juli kemarin malam.